Credo
Yess, sudah sejak lulus kuliah ngga ketemu sama Mas Jarwo. Eeh, kemarin pas nungguin Pipit di cafe le petite, ketemu Mas Jarwo. Eeeee Pipitnya ngga dateng malah ketemu Mas Jarwo. Jadi begini, pas ketemu Mas Jarwo pertama kali, kami sebis di tempo dulu. Sebelum ada JakLingko sebelum ada TJ sebelum ada woosh... LOL iyah... masih mayasari bakti yg model lama. Ish tuir juga yaa I.
Ceritanya I sebangku dengan Mas Jarwo, I duduk samping jendela and Mas Jarwo sit next to the alley. Mas Jarwo duluan yg merhatiin I. Bisa bisanya I disangka orang Bandung. I kan Soloist sejati wkwkwkwk, nooo I mean, Wong Solo. Yea yea yea... you kalo sebel sama I tinggal makan I am Bakar Wong Solo aja gih sono. wkwkw nooo... Ayam Bakar Wong Solo. Tapi itu mah ngga penting. Pokoknya, Mas Jarwo ngenalin diri secara dadakan. Entah karna kesempatan atau karna emang JODOH???? wkwkw I dont believe this JOKE... Jodoh apanya I sama Mas Jarwo.
Btw, Mas Jarwo tetiba nyapa, katanya, "Dik, raut wajah Adik sperti orang Bandung, adik dari Bandung?"
I said, "LOL, orang badung iya mas, krna saya nyolong mangga, tu ayah saya uda diatas..."
Mas Jarwo,"Owh maaf. Maksutnya ayah adik udah di sorga?"
Tapi kejadian berikutnya Mas Jarwo yg sepanjang perjalanan Blok M - Pulo Gadung, jadi ngebanyol terus, krna lagi pula killing time lah, krna maceetttt dijalan Bu.
"Nama saya Jarwo, adik namanya sapa?"
"Sri."
"Dik Sri tinggal dimana?" Akhirnya Mas Jarwo nanya.
"Kali Deres. Mas dimana?"
"Bekasi, Harapan Indah,"
"Ngarep ajeh terus Mas wkwk."
"Sa aeee. Beneran kok. Boleh tau ke Pulo Gadung mau kemana?"
"Mau ke rumah Bulek."
"Wau dari negara mana, JK..."
"yeeeeee..."
Terusannya, Mas Jarwo bikin ngakak karena pas sama-sama turun dari bus kami bersamaan turun di Pulo Gadung. Jadi ngga terasa 2 stengah jam ngobrol sama Mas Jarwo.
"Dik Sri boleh antar dulu ke rumah Bule nya? Nosy."
"Baiklah."
Dan sejak saat itu, Mas Jarwo ngga cuma tau nomer telpon I tapi juga ajak kencan. Kami sering turun di Goro dan liat liat sambil sesekali belanja kebutuhan sehari hari. Karna saya rutin antar duit arisan ke rumah Bule... LOL BULEK. Setidaknya sebulan sekali. Tapi setelah pertemuan kami, Mas Jarwo pun yg berumur sekitar 38 waktu itu akhirnya berani ke Kalideres rumah ku.
"Ayoh lah Dik Sri ajaklah Mas Jarwo mu ini bertemu orang tua mu. Mas sudah terpikat sama kamu niii." I mah diam aja... tapi stelah itu ngangguk juga. Tanda setuju. "Yak baiklah Mas." "Yay" kata Mas Jarwo.
Di Kalideres, papa itu memang menyeramkan. Papa pakai tatoo di lengannya dan badan papa kan besar tinggi dan berkumis. Mas Jarwo memang pernah I critain dan gambaran papa. Huh waktu itu sih, mana ada tab penyimpan foto atau smart phone kaya skarang. Adanya juga yaaa ngapain bawa bawa foto papa. Yekan. Ngga seperti skarang. I pake I-phone... iyeee telpon pribadi maksutnya bukan pinjaman. Bukan dari apple tapi dari perusahaan cellphone kedondong wkwk... temen apple. wkwkw. Phone nya I. wkwk. jiah kedondong.
Papa pakai clana piama dan singlet butut belobang wkwk. Jadi kegarongannya nyata nampaknya. Sambil bisik-bisik, papa kamu orang jawa juga? tapi kok galak yaaa... "Hey you racist." "nooo squidding..."
"Pah kenalin Mas Jarwo."
"Jarwo Pak."
"Haish kamu orang jawa? Nama mu nyata sekali orang jawa. Suka nontonin ketoprak yaa... Ketoprak itu dimakan, bukan ditonton."
"Ish papa..."
Mas Jarwo bisik-bisik lagi. "Yah nama papa kamu Jayusman yah?"
"Iyah memang. Kan sudah I bilang."
"Oom Jayus, maaf ngga bisa lama-lama." Kata Mas Jarwo setelahnya. "Mau balik ke Bekasi," kata Mas Jarwo kemudian.
"Baik baik. Ngga apapa."
"Sampai ketemu kapan-kapan yaa dik Sri."
"Ok Mas."
Setelah jadian selama kurang lebih 9 bulan dan meeting secara rutin setiap malam sabtu atau minggu. Mas Jarwo akhirnya datang lagi ke Kalideres. Tapi, kali ini...
"Dik Sri, aku cinta sama kamu Dik. Tapi kayaknya, hubungan ini LDR aja yah..."
"Yah Mas Jarwo mau kemana?"
"Ngga kemana mana, yaa bukan gimana... aku ngga bisa cerita... hanya cuma mau bilang, ati ati yaaa. Dan jaga diri baik-baik."
"Loh ini kan dirumah ku sendiri. Kenapa aku jaga diri baik baik? Mas, Mas mau kemana??" Seraya I tarik lengan Mas Jarwo. Seolah ngga mau melepas dan merelakan Mas Jarwo pergi.
"Yah Dik Sri. Aku... Aku... Aku..."
"Seorang kapiten? Mas pasti berkelakar lagi..."
"Yah engga Dik Sri. Aku ngga bisa bilang." Ucap Mas Jarwo perlahan-lahan sambil menelan ludah yang aga sulit. "Semoga Tuhan membalas budi baikmu Dik, karna sudah menemaniku selama 9 bulan ini.
"Ish, Mas pasti becanda lagi deh."
"Terserah Dik Sri. Aku... heeemmm..."
Kening I hampir kena kecupan bibir Mas Jarwo. Untuk pertama kalinya. Tapi I menghindar, seraya menyahut...
"Ngga mau... aku mau Mas Jarwo." Kata I pelan.
"Dik Sri, Dik Sri kan baru lulus SMA. Belom kuliah. Katanya mau kuliah. Tapi malah ngga jadi. Apa regara Mas?"
"Tapi aku sayang sama Mas... Oops"
"iyah tau... yasudah..."
I masih loading. Tapi Mas Jarwo seraya bangkit dari duduk dan meninggalkan I. I bingung. Mau kejar... ish... mau nangis... ish... Mau tereak... ish... "Biarin Saja" Akhirnya I bilang. Itupun setelah Mas Jarwo pergi 5 menit stelahnya.
______________________________
20 taun kemudian...
______________________________
"Dik Sri," sapa seorang yg spertinya kukenal, dekat dengan I.
"Ooo Mas Jarwo? Ini Mas Jarwo?" kata I balas sapaannya.
1 menit I terperana terenyuh dan tak terlukiskan. Shelter TJ Benhil tempat I nungguin TJ setiap mau pulang kerja jadi tempat kenangan lagi.
"Dik Sri apa kabar, masih naik public transportation?"
"haiah, Mas juga. Sama lah sama."
"Engga, mobilku ban nya bocor, dan ban serep belum ditambal juga. Mau naik motor kesian adik yang pakai. Mobil 1 lagi dipakai istriku."
"HWATT???"
"Eh iyah, maav, Mas sudah berkeluarga."
"Oh selamat yah Mas. Aku..."
"Seorang kapiten. Eh#"
"Yah gantian..." kata I selagi cubit perut Mas Jarwo.
"Eh sa aeee, si inga? Yuk ke Kantin Wisma GKBI ini yuk.
"Emmm, ayoh deh."
"Masih di Kali deres Dik?" Sapa Mas Jarwo sambil sesekali ngelirik ngelirik I. I caught it. But I mah diem aja.
"Engga, skarang di Bungur. Dibilang jauh yaa jauh, dibilang deket, engga juga."
Sambil nyeruput Es AlCokCokJer, I said, "Mas, I am not merried yet."
"HWATT??" Kata Mas Jarwo.
"Dih gantian."
"Iyah kita kan sebenernya kompak. Rumah jauh jauhan. Tapi lekat di hati."
"Ish..." kata I setelahnya.
Akhirnya kami pun berkelakar lagi. Dan Mas Jarwo nunjukin foto ke 4 anaknya. Rima, Rimi, Rimo, dan Rime. Biarin aja namanya I pake. Manusia nyebelin. Loh...
"Ini istriku dan ini Timmy anjingku."
Tangan I bergetar sedikit, tremor abis minum obat anti psikotropika. Istrinya cantik, kalah cantik deh I yg biarpun kerja di Sudirman, tapi krna papa udah ngga kerja I jadi tulang ekor papa. Eh tulang rusuk. NOOOO Tulang nya Butet wkwk. Begitulah pokoknya. Keknya efek nama papah... Jayus.
But I kerja dan tabungan I banyak, but skin care ran belum bisa rutin. Because karena... pulang kerja malam.
"Dik Sri, kenapa belum menikah? Ngga nosy sih, but yaaa ngga baik loh."
"Asu dahlah Mas. Daripada kek Mas, ketemu istri pertama kali dimana... ampe 4 ekor nya? Ckck... kuota dari pemerintah itu 2Mas. KB dong."
"Emang KB, KBP malah... Keluarga Beranak Pinak. Nooo Keluarga Besar."
"Ish..."
"Serius Dik, kenapa belum menikah...?"
"Susah, mesti jeles, mesti drama, mesti keluar uang banyak buat keluarga. Sementara aku, aku kan generasi sandwich. Roti diatas, daging ditengah dan roti dibawah. Tau kan maksutku?"
"Iya tau kamu lapar, tadi maunya Es ajah... Es Terrooooooossssss. ga iso meneng kok arek iki." kata Mas Jarwo seraya ngikutin kalimat jargon yg terkenal itu.
"Ish sapa yg lapar. Maksut ku I ngga cuma harus biayain mama, dan sejak papa meninggal 5 taun yg lalu, I terlalu sibuk. Dead line terus. Dan dirumah I cuma tinggal tidur. I kan kaum rebahan banget."
"Masa cuma itu alesannya?"
"Iyah, I juga ngga brani ajak laki-laki lain ke rumah, soalnya mami skrg gantiin papah jadinya galak banget.
"Oh Oom Jayus meninggal?"
"Iya, tapi papa dikenang banyak orang."
"Maksut I I biayain atas dan masih pingin nikmatin hidup."
"20 taun yg lalu loh Dik Sri."
"Ngga ada yg nembak aku Mas. Cuma Mas yang pernah ke rumah berani hadapi papa dan cuma Mas yang berani bilang kalimat itu."
"FR!"
"True,"
"Yah coba lempar bola dong, jangan nunggu bola datang."
"Ish kapok, I mau di komunitas aja kenalannya. Atau rekan kerja pun, I takut. Toh nanti dighosting juga. Nih I lagi dighosting. Makanya I gamau nonton horor."
"Ngga nyambung Neng atuh. Nonton film horor sama dighosting."
"Yah sama-sama ada ghost nya."
"Oia."
"You k, Jesus come on the second time. Who is your private savior?"
I nunduk, lemeeeessss banget. "Noel, Noel Wan, orang chinese."
"HWATT??"
"NO ONE!!"
"Yah bener kan Papa kamu kamu kangenin."
"Mas Jarwo, Mas sciencetheologist katanya."
"Iya, but i mixed it. Since ketemu My Wife now, Mas jadi rohani. Yah lumayan lah."
"Mas ketemu ini istri Mas, namanya sapa...??"
"Evelyn. Mas ketemu rekan kerja. Tapi stelah ngga lama kenalan Mas nembak. E dia mau kismis Mas."
"Ish Mas juga waktu itu pasti ngga setia sama I yah, taun brapa itu."
"Evelyn adalah teman Mas dari kecil. Dia lebih tua dari Mas, tapi Eve adalah seumpama My Private Savior. Dulu Dik Sri ngga mau Mas kiss. Padahal hanya di kening."
"Ngga mau ngga mau... I have Credo Mas. It is sacret promise. I maunya 1st kiss di altar."
"Mana ada pria mau nungguin dan penasaran sama kamu. Emange cewe kamu doang."
"Ish." seraya I mau bangun dan ninggalin Mas Jarwo. Tapi Mas Jarwo tarik tangan I dan bilang.
"Sorry sorry, Mas juga punya Credo Dik Sri. Makanya Mas ninggalin kamu..."
THE END
Comments
Post a Comment