Di Potong 10 centi aja ya
Suatu hari adalah sebuah keluarga penjahit. Baik ayahnya, atau ibunya bahkan ketiga anaknya pandai mejahit baju.
Tetangga mereka seorng bapak-bapak yang sudah agak tua umurnya datang memberikan sebuah celana panjang. Yang menerima bapak2 itu sebagai tamu waktu itu adalah bibi yang bekerja membersihkan rumah keluarga penjahit tersebut.
Bapak2 tersebut mengatakan,
"Tolong dipotong 10 cm saja celana panjang saya. Tadi sudah saya coba dirumah. Istri saya memastikan pemotongan cukup 10 sentimeter saja... ini catatannya."
Kemudian pulanglah bapak tersebut kembali ke rumahnya.
Setelah tak kurang dari 5 menit, Ayah keluarga penjahit ini datang dari pasar dan membaca catatan kecil di dekat celana panjang tersebut. Dengan perlahan, dikerjakanlah juga pemotongan celana tersebut. Dan tak kurang dari 15 menit, pemotongan dan penjahitan telah selesai dilakukan. Diletakkanlah celana panjang itu di meja. Namun catatan kecilnya masih ada di samping celana tersebut. Masuklah Ayah ke dalam kamar. Dia kemudian tidur dan melepaskan lelahnya.
Setelah tak kurang dari 5 menit, Ibu keluarga penjahit ini datang dari garmen tempat dia bekerja dan membaca catatan kecil di dekat celana panjang tersebut. Dengan perlahan, dikerjakanlah juga pemotongan celana tersebut. Dan tak kurang dari 15 menit, pemotongan dan penjahitan telah selesai dilakukan. Diletakkanlah celana panjang itu di meja. Namun kembali catatan kecilnya masih ada di samping celana tersebut. Masuklah Ibu ke dalam kamar. Dia melihat suaminya tertidur, maka tertidurlah pula dia bersama sang suami.
Sang Bibi pulang dari toko dekat rumah dan menyampaikan berita pemotongan ke pada anak yang pertama, yang baru saja tiba. Dan di kerjakan pulalah pemotongan dan penjahitan celana panjang tersebut. Dilihatnya celana tersebut kependekan. Tapi dia tidak melihat suatu kesalahanpun. Ada sebersit hatinya yang mengatakan, mengapa celana yang bagus dibuat pendek begini. Tapi dia merasa itu wajar2 saja. Mungkin pelanggan memang berkehendak seperti itu. Sementara catatan dari Bapak tetangga jatuh di bawah meja.
Tak sampai dari 5 menit, Bibi menyapu lantai dan menemukan catatan kecil tersebut. Dan tanpa disuruh ditaruhnyalah catatan tersebut di samping celana yang kini tidak pendek lagi itu.
Tak sampai 5 menit kemudian, anak bungsu keluarga penjahit itu datang dan melihat catatan kecil tersebut dan mulai menggunting dan menjahit celana tersebut. Tercenganglah ia menlihat hasil akhir celana tersebut yang telah dirombaknya. Dan berpikirlah dia melihat celana pendek tersebut. Sambil berdecak, dia melipat dan menaruh celana tersebut dalam kantong plastik. Dan dibungkuslah celana pendek itu.
.
.
.
.
.
Akhirnya bisa ditebak..... tetapi saya sendiri ngga bisa menSTOP pikulan salib saya..... higs higs higs..... sepertinya semua bakalan sia sia saja.....
Tetangga mereka seorng bapak-bapak yang sudah agak tua umurnya datang memberikan sebuah celana panjang. Yang menerima bapak2 itu sebagai tamu waktu itu adalah bibi yang bekerja membersihkan rumah keluarga penjahit tersebut.
Bapak2 tersebut mengatakan,
"Tolong dipotong 10 cm saja celana panjang saya. Tadi sudah saya coba dirumah. Istri saya memastikan pemotongan cukup 10 sentimeter saja... ini catatannya."
Kemudian pulanglah bapak tersebut kembali ke rumahnya.
Setelah tak kurang dari 5 menit, Ayah keluarga penjahit ini datang dari pasar dan membaca catatan kecil di dekat celana panjang tersebut. Dengan perlahan, dikerjakanlah juga pemotongan celana tersebut. Dan tak kurang dari 15 menit, pemotongan dan penjahitan telah selesai dilakukan. Diletakkanlah celana panjang itu di meja. Namun catatan kecilnya masih ada di samping celana tersebut. Masuklah Ayah ke dalam kamar. Dia kemudian tidur dan melepaskan lelahnya.
Setelah tak kurang dari 5 menit, Ibu keluarga penjahit ini datang dari garmen tempat dia bekerja dan membaca catatan kecil di dekat celana panjang tersebut. Dengan perlahan, dikerjakanlah juga pemotongan celana tersebut. Dan tak kurang dari 15 menit, pemotongan dan penjahitan telah selesai dilakukan. Diletakkanlah celana panjang itu di meja. Namun kembali catatan kecilnya masih ada di samping celana tersebut. Masuklah Ibu ke dalam kamar. Dia melihat suaminya tertidur, maka tertidurlah pula dia bersama sang suami.
Sang Bibi pulang dari toko dekat rumah dan menyampaikan berita pemotongan ke pada anak yang pertama, yang baru saja tiba. Dan di kerjakan pulalah pemotongan dan penjahitan celana panjang tersebut. Dilihatnya celana tersebut kependekan. Tapi dia tidak melihat suatu kesalahanpun. Ada sebersit hatinya yang mengatakan, mengapa celana yang bagus dibuat pendek begini. Tapi dia merasa itu wajar2 saja. Mungkin pelanggan memang berkehendak seperti itu. Sementara catatan dari Bapak tetangga jatuh di bawah meja.
Tak sampai dari 5 menit, Bibi menyapu lantai dan menemukan catatan kecil tersebut. Dan tanpa disuruh ditaruhnyalah catatan tersebut di samping celana yang kini tidak pendek lagi itu.
Tak sampai 5 menit kemudian, anak bungsu keluarga penjahit itu datang dan melihat catatan kecil tersebut dan mulai menggunting dan menjahit celana tersebut. Tercenganglah ia menlihat hasil akhir celana tersebut yang telah dirombaknya. Dan berpikirlah dia melihat celana pendek tersebut. Sambil berdecak, dia melipat dan menaruh celana tersebut dalam kantong plastik. Dan dibungkuslah celana pendek itu.
.
.
.
.
.
Akhirnya bisa ditebak..... tetapi saya sendiri ngga bisa menSTOP pikulan salib saya..... higs higs higs..... sepertinya semua bakalan sia sia saja.....
Comments
Post a Comment